Kabar Vaksin yang dijadikan Kambing hitam oleh Negara Kaya


 Vaksin virus corona telah menjadi salah satu senjata utama saat ini yang diyakini dapat memerangi virus mematikan itu. Namun dalam produksi dan distribusinya, hingga saat ini masih mendapatkan banyak masalah.

Salah satu masalah tersebut adalah adanya monopoli dari negara-negara kaya dalam membelanjakan vaksin mereka langsung kepada produsen. Hal itu telah menyebabkan monopoli pasokan vaksin dan membuat negara-negara berkembang dan miskin semakin terancam kekurangan pasokan.

Ketika negara berkembang dan miskin kekurangan pasokan, maka bisa tertinggal dalam kampanye vaksinasi. Jika sudah demikian, negara tersebut dapat menjadi tempat bagi berkembangnya strain varian baru dan virus bisa menyerang balik.

1. Negara kaya mempengaruhi pasokan vaksin dunia
Kemelut tentang pasokan dan distribusi vaksin virus corona telah menimbulkan banyak polemik. Salah satunya adalah pengaruh negara-negara kaya yang telah melakukan pendekatan langsung terhadap produsen dan itu dianggap mempengaruhi skema distribusi COVAX, sebuah skema pembagian vaksin yang adil bagi dunia.

Melansir dari laman Australian Broadcasting Corporation, Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengkritik tindakan yang dilakukan oleh negara-negara kaya tersebut. Menurutnya, beberapa negara kaya telah mendapatkan lebih banyak vaksin.

Tindakan tersebut telah mempengaruhi "kesepakatan (produsen) dengan COVAX, dan bahkan jumlah (vaksin) yang dialokasikan untuk COVAX menjadi berkurang karena hal ini." Tedros tidak menyebut negara mana saja dan juga tidak menyebutkan rincian mengenai tindakan monopoli tersebut.

Tedros menyampaikan bahwa dia berharap negara-negara kaya menghormati kesepakatan COVAX dan mempertimbangkan untuk membuat kesepakatan dengan produsen. Negara kaya harus memikirkan bahwa kesepakatan mereka dengan produsen tidak akan mengganggu pasokan vaksin yang telah dilakukan oleh COVAX dengan produsen.

2. Negara G-7 sepakat memberikan bantuan dana tambahan
Pada hari Jumat (19/2) negara yang tergabung dalam G-7 melakukan pertemuan virtual dan salah satu hal yang dibahas adalah akses terhadap pasokan vaksin yang adil bagi dunia. Dalam pertemuan virtual tersebut, mereka bersepakat akan mempercepat pengembangan dan penyebaran vaksin global dan mendukung akses yang terjangkau dan adil.

Melansir dari laman Associated Press, PM Inggris, Boris Johnson saat membuka pertemuan virtual tersebut berpidato dan mengatakan bahwa "Ini adalah pandemi global dan tidak ada gunanya satu negara berada jauh di depan negara lain," ujarnya.

Kanada, Prancis, Jerman, Jepang, Italia, Inggris dan Amerika Serikat adalah negara yang tergabung dalam G-7. Dalam pertemuan tersebut, mereka bersepakat akan mengutip dana kolektif sebesar 7,5 miliar dolar AS atau setara dengan Rp106 triliun guna membantu WHO sebagai upaya program vaksin yang didukung oleh PBB.

Pada hari Senin (22/2), Tedros mengucapkan terima kasih atas janji bantuan tersebut yang ia anggap sebagai "signifikan." Tedros juga menyatakan bahwa "Cara terbaik untuk melindungi Anda tidak hanya memvaksinasi Anda, tetapi juga memvaksinasi seluruh dunia, berbagi vaksin dengan seluruh dunia."

Sebelumnya, Tedros pernah mengatakan akan terjadi kegagalan moral jika dunia tidak bersatu dalam distribusi vaksin secara merata ke negara-negara yang miskin dan rentan. Penimbunan vaksin dan nasionalisme vaksin tidak akan dapat menyelesaikan pandemi yang berlangsung saat ini.

3. Upaya meningkatkan produksi vaksin agar dapat berbagi
Vaksin virus corona jelas saat ini menjadi sesuatu hal yang langka. Vaksin tersebut telah menjadi kebutuhan mendesak sebagai salah satu obat yang dianggap mujarab untuk menghentikan virus corona yang berasal dari Wuhan, Tiongkok pada tahun 2019 lalu.

Melansir dari laman Al Jazeera, Presiden Prancis, Emmanuel Macron telah mendesak negara-negara kaya untuk berbagi pasokan vaksin mereka sebanyak 4 sampai 5 persen ke negara-negara berkembang di Afrika secepat mungkin.

Jerman juga sepakat akan membantu namun menolak mengatakan jumlah bantuannya. "Ini tidaklah mudah tapi ini adalah masalah kemanusiaan," kata kepala negara Jerman.

Tedros mengatakan pentingnya untuk meningkatkan volume jumlah produksi vaksin. Karena dengan adanya peningkatan produksi, maka akan ada jumlah yang bisa untuk dibagi. "Kalau tidak, dengan kekurangan, (kita) sulit untuk berbagi," ujarnya.

Ia juga menjelaskan pentingnya keadilan distribusi vaksin ke negara-negara berkembang dan miskin. Menurutnya, jika virus tidak dikalahkan di segala penjuru dunia, maka suatu ketika akan terjadi serangan balik.

Negara-negara yang tertinggal dalam vaksinasi, menurut Tedros, bisa menjadi tempat bagi berkembangnya varian baru virus corona. Karena itulah keadilan dalam distribusi vaksin sangat penting agar tidak lagi muncul virus mematikan di masa mendatang.


Popular posts from this blog

Saudi Hentikan Umroh Karena Corona

Indonesia Jadi Negara Maju

Metode cara download joker123 yang benar